Pages

Home » , » BIOGRAFI JENDRAL SUDIRMAN

BIOGRAFI JENDRAL SUDIRMAN

Written By Oleh Lebing on Kamis, 07 Agustus 2014 | 17.42


Orang Indonesia mana yang tak kenal nama Jendral Sudirman? Pahlawan yang satu ini namanya sering disebut di buku-buku pelajaran di sekolah, dikisahkan oleh guru, dan  dijadikan nama jalan di suatu tempat di Indonesia, dan bahkan dijadikan nama universitas, museum, dan monumen, bagaimana bisa kita tidak mengenalnya. Nama Jendral Sudirman yang sepopuler sekarang ini karena kontribusinya yang besar dalam perjalanan sejarah Republik Indonesia.

Jendral Sudirman adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Ia berasal dari golongan rakyat biasa yang berasal dari Purbalingga, lahir di Purbalingga pada tanggal 24 Januari 1916. Ayahnya bernama Karsid Kartowirodji dan ibunya bernama Siyem.

Sejak kecil, ia diadopsi oleh pamannya yang seorang priyayi. Sejak keluarganya pindah ke Cilacap, ia tumbuh menjadi siswa yang aktif di berbagai kegiatan ekstrakurikuler, salah satunya adalah kepanduan yang dijalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah.

Setelah keluar dari sekolah guru, ia menjadi guru di sekolah milik Muhammadiyah dan kemudian diangkat menjadi kepala sekolah. Saat pendudukan Jepang pada tahun 1942, ia masih mengajar di sekolah tersebut. Pada tahun 1944, ia ikut bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (PETA), menjabat sebagai komandan batalyon di Banyumas.  Selama menjabat sebagai komandan batalyon, ia bersama rekannya melakukan pemberontakan dan karena itu ia diasingkan ke Bogor.

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Sudirman melarikan diri dari pusat penahanannya di Bogor, ia pergi ke Jakarta untuk menemui Presiden Soekarno. Kemudian ia ditugaskan untuk  mengawasi proses penyerahan diri tentara Jepang di Banyumas, yang dilakukannya setelah mendirikan divisi lokal Badan Keamanan Rakyat. Pasukan Jendral Sudirman dijadikan bagian dari divisi V pada 20 Oktober oleh panglima sementara Oerip Soemohardjo, dan Sudirman bertanggungjawab atas divisi tersebut. Setelah TKR terbentuk, pada tanggal 12 November 1945, Sudirman terpilih menjadi penglima besar TKR.

Jendral Sudirman adalah otak dari pertempuran di Ambarawa, kita semua pasti tahu tentang pertempuran Ambarawa, pertempuran ini juga dikenal dengan istilah Palagan Ambarawa, terjadi pada tanggal 20 November 1945 sampai 15 Desember 1945. Berkat kecerdasan taktik Jendral Sudirman, pasukan TKR memperoleh kesuksesan pada pertempuran ini, pasukan sekutu-Inggris menyerah dan meninggalkan Ambarawa setelah dikepung oleh pasukan Jendral Sudirman.

Kesuksesan pertempuran Ambarawa menjadikan Jendral Sudirman mendapatkan dukungan yang lebih besar dari rakyat, akhirnya pada tanggal 18 Desember, ia diangkat menjadi penglima besar TNI. Selama menjadi panglima besar, ia menjadi saksi sejarah kegagalan negosiasi dengan Belanda yang tetap ingin menjajah Indonesia, yaitu pada perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville yang sangat merugikan Indonesia, yaitu harus mengembalikan wilayah Indonesia kepada Belanda dan penarikan 35.000 tentara Indonesia.

Setelah peristiwa-peristiwa sejarah di atas terjadi, Jendral Sudirman terserang tuberkolosis, dan kemudian dilarikan ke rumah sakit. Pada tanggal 19 Desember 1948, setelah keluar dari rumah sakit, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta. Di saat itulah momen bersejarah yang mengharukan terjadi, dengan penyakit tuberkolosis yang dideritanya ia tetap berjuang mempertahankan kemeredkaan Indonesia. Di saat pemimpin-pemimpin politik berlindung di keraton sultan, Jendral Sudirman, beserta kelompok kecil pasukan dan dokter pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Awalnya mereka diikuti oleh pasukan Belanda, tetapi Soedirman dan pasukannya berhasil kabur dan mendirikan markas sementara di Sobo, di dekat Gunung Lawu. Dari tempat ini, ia mampu mengomandoi kegiatan militer di Pulau Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto. Ketika Belanda mulai menarik diri, Soedirman dipanggil kembali ke Yogyakarta pada bulan Juli 1949. Meskipun ingin terus melanjutkan perlawanan terhadap pasukan Belanda, ia dilarang oleh Presiden Soekarno. Penyakit TBC yang diidapnya kambuh; ia pensiun dan pindah ke Magelang. Sudirman wafat kurang lebih satu bulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, yaitu pada 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun di Magelang, Jawa Tengah. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Wafatnya Jendral Sudirman menjadi berita duka yang besar bagi rakyat Indonesia. Bendera setengah tiang dikibarkan dan ribuan orang menghadiri proses pemakaman Jendral Sudirman. Jasad memang sudah tiada, tetapi sampai saat ini Jendral Sudirman terus-menerus dihormati oleh berbagai kalangan. Perlawanan gerilyanya ditetapkan sebagai sarana pengembangan esprit de corps bagi tentara Indonesia, dan rute gerilya sepanjang 100-kilometer (62 mil) yang ditempuhnya harus diikuti oleh taruna Indonesia sebelum lulus dari Akademi Militer. Ia diberi gelar pahlawan nasional dengan SK Keppres No. 015/TK/1970 Tgl. 20 Mei 1970. Semangat dalam membela tanah air yang dimiliki Jandral Sudirman patut ditiru oleh generasi saat ini.

Demikian artikel tentang biografi Jendral sudirman, semoga bermanfaat.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Soedirman
http://wartasejarah.blogspot.com/2013/10/pertempuran-ambarawa-magelang_4.html
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Artikel Terbaru

 

Copyright © 2013. WAWASAN ELKA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger